Rabu, 20 Februari 2008


KONSEP KEMATIAN DAN KEHIDUPAN PASCAKEMATIAN
DALAM LIRIK LAGU RELIGIUS



Resti Nurfaidah



ABSTRACT: Mostly death is considered as the last phase of the cyclus of the human’s and other creatures’ life. Whereas, firstly on the Islamic religion, the death is considered as the first phase of the other ones, called the life after the death. Some people forget that the endable life in the world is likely a facility to catch or save preparations of the life after the death itself.
Exploring this topic, the writer had taken three objects.
The object of the riset is the three religious lyrics below,Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick), Ketika Tangan dan Kaki Bicara (Chrisye),and Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo). Those that were written bythe Koranic or the words of the Prophet’s based telling us about the death itself and the life afterwards. What should be doneby the human beings, especially for the Moslems, before and after the coming of the death?


1. Pendahuluan
Dunia laksana sebuah sarana hiburan fantasi. Dunia laksana sebuah megastore perhiasan. Manusia adalah pengunjung setianya. Keindahan dan kebahagiaan yang disajikan dalam tempat hiburan dan megastore itu begitu melekat dalam ingatan manusia. Akibatnya, manusia menjadi senang dan berlama-lama untuk tinggal di kedua tempat itu. Ia tidak berniat untuk hengkang dan meninggalkan tempat itu. Manusia demikian asyik dengan kehidupannya, sehingga ia lupa bahwa ada sesuatu yang senantiasa mengintai dirinya setiap saat setiap waktu. Gazalba (1984:11) mengatakan bahwa ada hal yang tidak dapat ditolak oleh manusia, yaitu sirnanya periode kehidupan dan kedatangan sakratul maut. Kepastian datangnya maut merupakan hal yang nyata, tetapi manusia cenderung lalai untuk mempersiapkan dan menghadapinya. Kenapa manusia melupakan saat-saat akan kematiannya, sehingga ia tidak sempat mempersiapkan dirinya? Saat-saat kematian datang menjemput manusia dan apa yang akan dialami oleh manusia pascakematian, akan penulis bahas pada poin selanjutnya. Tepatnya, pada tiga objek penelitian berikut, yang berupa tiga lirik religius, yaitu Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick), Ketika Tangan dan Kaki Bicara (Chrisye), dan Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo). Ketiga lirik tersebut menyinggung soal kematian dan hal-hal yang akan dialami setelah itu. Pembahasan akan penulis lakukan disertai dengan sejumlah refernsi buku keagamaan yang relevan.

2. Konsep Kematian dan Kehidupan Pascakematian dalam Lirik Lagu Religius
Pembahasan tentang konsep kematian dan kehidupan pascakematian dalam lirik lagu religius ini akan terbagi dua. Pertama, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa dan peringatan tentang kematian, sedangkan yang kedua, mengenai hal-hal yang terjadi setelah kematian—terutama ketika manusia sedang berhadapan dengan pengadilan Allah swt untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.

2.1 Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick) dan Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo)
Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick) merupakan lirik yang berkisah tentang hal-hal yang membuat manusia terlena dengan segala keindahan kehidupan duniawi dan melalaikan kehidupan akhirat. Penyesalan manusia mendorong dirinya untuk memohon kepada Ilahi untuk dikembalikan ke dunia, tetapi Allah tidak mengizinkannya. Ia terperosok dalam kesedihan dan kesepian di alam kubur. Lirik lagu Bila Waktu Tlah Memanggil tersebut selengkapnya sebagai berikut.

Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick)

Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
Meninggalkan dirimu

Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari
Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali
Mengulang ke masa lalu

Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan
Kembali pada-Nya

Bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
Bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi

Lirik lagu tadi terdiri atas empat bait. Setiap bait terdiri atas empat larik. Pada bait pertama, larik pertama yang berbunyi / Bagaimana kau merasa bangga / merupakan sebuah pertanyaan satir atau sindiran terhadap salah satu sifat manusia yang cenderung membanggakan apa yang dimilikinya. Jika manusia telah menggenggam sesuatu hal ia akan cenderung mempertahankannya, membanggakannya, dan menunjukkannya kepada orang lain. Kata bangga dalam larik tersebut menunjukkan eufemismus terhadap sikap angkuh, sombong, dan tamak dalam diri manusia. Hal itu tercermin dalam petikan ayat berikut.
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang yang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS, 2:96)

Apa yang dibanggakan oleh manusia, tercermin pada larik kedua yang berbunyi / Akan dunia yang sementara /. Ternyata apa yang menjadi kebanggaan manusia adalah dunia yang telah memberinya kenikmatan hidup. Jerat keindahan dunia telah membuat manusia terlena dan melupakan adanya kehidupan lainnya yang lebih utama, yaitu kehidupan di alam barzah dan alam akhirat. Padahal, dunia ini hanyalah tempat persinggahan manusia sebelum menuju kehidupan yang sesungguhnya. Adanya kehidupan setelah kematian tersebut terdapat dalam petikan ayat berikut.
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain dari senda gurau dan permainan saja dan bahwa negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS, 29:64)

“[…] Kehidupan dunia ini hanya kesenangan sementara dan kahirat itulah negeri yang kekal.” (QS, 40:39)

Dari ayat tadi, dapat kita pahami bahwa umur dunia ini sangat pendek bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat kelak. Kealpaan manusia terhadap kehidupan paskakematian diperingatkan dalam larik ketiga dan keempat bait pertama yang berbunyi / Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi/ Meninggalkan dirimu /. Bunyi larik tersebut berupa pertanyaan yang tajam kepada kita tentang apa yang akan kita lakukan jika pada suatu saat kita ditinggalkan kebanggaan kita? Ingatkah kita siapa yang mengambil hal-hal yang menjadi kebanggaan kita? Manusia kerapkali melupakan semua yang kita banggakan akan kembali kepada Penciptanya.
Isi bait pertama menyambung pada bait ketiga. Larik pertama yang berbunyi / Dunia dipenuhi dengan hiasan / menyiratkan gambaran tentang hal-hal yang selalu dibanggakan dalam kehidupan manusia itu. Kata hiasan merupakan part pro toto terhadap apa saja yang selalu membuat manusia terlena dalam kehidupan duniawi, yaitu wanita, anak-anak, dan harta. Hal itu telah ditetapkan Allah swt dalam petikan ayat berikut.
“Manusia itu diberi perasaan berhasrat atau bernafsu, misalnya kepada perempuan, anak-anak, kekayaan yang melimpah-limpah, dari mas dan perak, kuda yang bagus, binatang ternak dan sawah lading; itulah kesenangan hidup di dunia. […]” (QS, 40:39)

Manusia telah dibekali kesenangan terhadap keindahan, terutama kepada perempuan, anak-anak, serta harta benda. Namun, semua itu tiada yang abadi. Gazalba (1984:195) mengatakan bahwa istri yang cantik pada suatu saat akan kehilangan kecantikannya. Anak-anak yang dibanggakan akan pergi meninggalkan kita atau, sebaliknya, kita yang meninggalkan mereka. Harta benda akan habis entah dibelanjakan atau diwariskan kepada orang lain. Saat kita mati benda-benda yang kita banggakan hanya akan menjadi saksi bisu di tempat kita bukan di dalam kubur kita. Semuanya akan habis dan kembali kepada Sang Pencipta, yaitu Allah swt. Hal itu tercermin dalam larik kedua dan ketiga pada bait ketiga yang berbunyi / Semua dan segala yang ada akan / Kembali pada-Nya /. Larik tersebut merupakan isi dari petikan ayat berikut ini.
“Kepada Allahlah kembalimu, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS, 11:4)

Istri yang cantik atau suami yang gagah lama kelamaan akan layu dan mati, harta akan habis dengan jalan apa pun, atau anak-anak yang kita banggakan akan pergi dari pelukan kita atau kita tinggalkan. Semua merupakan kehendak Illahi. Hanya Dia yang Mahapenentu.
Bait ketiga tersebut lebih tepat bila disambungkan dengan bait kedua. Setelah terlena dengan keindahan dunia, manusia dihadapkan dengan segala kejutan ketika saat ajal menjemput. Larik pertama dan kedua yang berbunyi / Bagaimanakah bila saatnya / Waktu terhenti tak kau sadari / merupakan pertanyaan yang kerapkali diabaikan oleh manusia. Dalam keterkejutan ketika bersua dengan sang pemutus kenikmatan dunia, manusia hanya dapat bersikap diam terpaku karena mereka merasa tidak siap untuk “berangkat” ke tujuan akhir itu. Keasyikan hidup di dunia membuatnya lupa akan momen transisi menuju tempat sebaik-baiknya tempat. Larik ketiga dan keempat pada bait yang sama berbunyi / Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali / Mengulang ke masa lalu / merupakan pertanyaan satir terhadap manusia yang mati dalam keadaan merugi dan tanpa persiapan. Kaum yang demikian merasa sangat menyesal dan memohon untuk dikembalikan ke dalam kehidupan dunia untuk memperbaiki amal perbuatannya. Namun, pintu untuk kembali tidak pernah terbuka dan terkunci untuk selamanya.
Penyesalan manusia yang merugi itu digambarkan pada bait keempat berikut.
Bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
Bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi
Apa yang dibanggakan semasa hidup di dunia sama sekali tidak berarti dalam kehidupan di alam kubur. Manusia hanya berteman dengan amalannya dan kesepian yang tiada terhingga di alam barzah. Ajal digambarkan secara pleonasme atau berlebihan dengan frasa berikut, yaitu / Bila waktu tlah memanggil / dan / Bila waktu telah terhenti /.
Isi yang hampir sama juga terdapat dalam lirik Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo). Lirik tersebut berbunyi sebagai berikut.



Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo)
Lirik: Miftah Faridl

I
II
Hidup bagaikan garis lurus
Tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola yang
Tiada ujung dan tiada pangkal

Tiga rahasia Illahi
Yang berkaitan dengan hidup manusia
Kesatu tentang kelahiran,
kedua pernikahan, ketiga kematian


Hidup ini melangkah terus
Semakin mendekat ke titik terakhir
Setiap langkah hilangkan jatah
Menikmati hidup nikmati dunia

Reff:
Pesan Nabi tentang mati
Janganlah takut mati
Karena pasti terjadi
Setiap insan pasti mati
Hanya soal waktu

Pesan Nabi tentang mati
Janganlah minta mati datang kepadamu
Dan janganlah kau berbuat
Menyebabkan mati

penuhi hidup dengan cinta
ingatkan diri saat untuk berpisah
tegakkan shalat 5 waktu
dan ingatkan diri saat dishalatkan

Reff:
Pesan Nabi tentang mati
Janganlah takut mati
Karena pasti terjadi
Setiap insan pasti mati
Hanya soal waktu

Pesan Nabi jangan takut mati
Meski kau sembunyi dia menghampiri
Takutlah pada kehidupan setelah kematian
Renungkanlah itu

Kehidupan manusia bukan merupakan suatu siklus, terutama dalam pandangan agama Islam. Jika digambarkan, kehidupan manusia itu laksana sebuah garis lurus yang ditarik pada titik awal maupun titik akhir. Kehidupan manusia sejak di alam ruh, dilahirkan dan kembali ke hadirat Ilahi bukan merupakan gambaran sebuah siklus. Yang berawal dari tempat yang sama dan berakhir di tempat yang sama. Larik pertama yang berbunyi / Hidup bagaikan garis lurus / merupakan simile dan larik ketiga / Hidup bukan bulatan bola yang / merupakan metafora terhadap bentuk perjalanan kehidupan manusia itu.
Penjelasan tentang hal tadi terdapat dalam bait kedua. Larik pertama dan kedua yang berbunyi / Hidup ini melangkah terus / Semakin mendekat ke titik terakhir / menyiratkan bahwa semakin lama langkah manusia senantiasa menuju pada ajalnya. Yang membedakan adalah cepat-lambat atau panjang-pendeknya jarak dari titik awal kehidupan ke titik akhir. Semua terserah kepada kehendak Illahi. Jika selama ini tradisi perayaan ulang tahun dikenal istilah “panjang umur”, sudah seharusnya istilah itu diganti dengan “berkah umurnya” (Hidayat, 2005:4). Akan lebih baik lagi jika perayaan ulang tahun itu dijadikan sebagai momen untuk merenungkan perjalanan hidup dan penentuan untuk menetapkan langkah di masa depan. Hidayat dalam sumber yang sama mengatakan bahwa makna panjang umur pada manusia berusia 60-an dirasakan kurang pas. Pada fase tersebut, manusia senantiasa merasakan bahwa ia telah mendekati akhir hidupnya, seperti yang tergambar pada larik ketiga / Setiap langkah hilangkan jatah / dan / Menikmati hidup nikmati dunia /.
Hidayat (2005:118) mengatakan bahwa kematian kerapkali mengundang rasa takut pada diri manusia dan juga makhluk lainnya. Terutama pada manusia, rasa takut itu muncul karena ia enggan meninggalkan segala “perhiasan” dan keindahan dunia. Ia tidak siap menghadapi dan menjalani kehidupan baru yang serbamisterius itu. Namun, rasa takut itu harus dikubur jauh-jauh sementara kematian harus kita persiapkan sejak dini. Peringatan tentang datangnya kematian tersebut tercantum dalam bait ketiga berikut.
Pesan Nabi tentang mati
Janganlah takut mati
Karena pasti terjadi
Setiap insan pasti mati
Hanya soal waktu
Nabi Muhammad saw menegaskan kepada kaumnya agar tidak bersifat fobia terhadap kematian. Kematian mutlak adanya hanya soal kedatangannya saja yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Setiap makhluk hidup pasti akan merasakan kematian. Hal itu tercermin dalam petikan ayat berikut.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (QS, 21:35)

Meskipun menakutkan, kematian pun kerap dianggap sebagai “hoping land” atau tanah harapan sebagai ujung dari suatu permasalahan. Hal itu tercermin dalam larik pertama dan kedua bait keempat berikut.
Pesan Nabi tentang mati
Janganlah minta mati datang kepadamu

Bukan tidak mungkin manusia melakukan hal yang diluar akal untuk menuntaskan masalah yang dihadapinya, misalnya karena putus cinta, putus asa, dan lain-lain. Allah sangat melaknat perbuatan manusia yang menyebabkan mati, seperti membunuh atau bunuh diri. Eufemesmus pada larik ketiga dan keempat berikut ditujukan untuk aktivitas membunuh dan bunuh diri.
Dan janganlah kau berbuat
Menyebabkan mati
Selain kematian, manusia dihadapkan dengan dua hal lain yang senantiasa menjadi misteri dalam kehidupannya, yaitu perjodohan atau pernikahan dan kelahiran, seperti yang tercantum dalam bait kelima berikut.
Tiga rahasia Illahi
Yang berkaitan dengan hidup manusia
Kesatu tentang kelahiran,
kedua pernikahan, ketiga kematian

Manusia tidak pernah mengetahui kapan ia akan dilahirkan dan siapa yang akan ia lahirkan. Manusia tidak akan mengenali jodohnya. Seringkali terjadi, pasangan yang telah melakukan approaching selama bertahun-tahun ternyata pada akhirnya bubar dan masing-masing menemukan jodohnya dalam tempo yang sangat cepat.
Bait keenam merupakan “usulan” atau advise kepada umat manusia untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.
penuhi hidup dengan cinta
ingatkan diri saat untuk berpisah
tegakkan shalat 5 waktu
dan ingatkan diri saat dishalatkan

Bekal yang dapat ditabung oleh manusia adalah memenuhi hidup dengan “penuh cinta”. Istilah tadi meruapakan part pro toto terhadap cinta Illahi, cinta kepada sesama manusia, dan cinta kepada makhluk lainnya. Cinta yang terbaik adalah cinta karena Allah swt, yaitu cinta yang senantiasa didasari nilai-nilai ibadah. Ibadah yang utama bagi kaum Muslim adalah solat lima waktu. Jika ibadah itu tidak sempurna, rusaklah seluruh amalannya. Ibadah solat bukan hanya harus dilaksanakan melainkan “ditegakkan”, yaitu dengan menerapkan nilai-nilai solat ke dalam kehidupan sehari-hari. Lakukan ibadah solat dengan sungguh-sungguh seraya mengingat bahwa pada suatu saat solat kita akan terhenti, tepatnya saat ajal menjemput. Tibalah saat bagi kita untuk disalatkan orang lain.
Bait keenam merupakan repetisi utuh bait ketiga. Repetisi tersebut merupakan wujud stressing terhadap kepastian datangnya kematian dan misteri kedatangannya. Bait ketujuh menyiratkan bahwa kematian itu mutlak. Jika tiba waktunya, ia tidak akan pergi. Kemana pun kita berusaha bersembunyi, kematian pasti akan mendapatinya, seperti yang tercermin pada larik pertama dan kedua yang berbunyi / Pesan Nabi jangan takut mati / Meski kau sembunyi dia menghampiri /. Hal itu tercermin pula dalam petikan ketiga ayat berikut.
“[…] Kematian yang dari padanya kamu melarikan diri sesungguhnya akan menemui kamu, kemudian itu kamu dibawa kembali kepada Tuhan yang tahu hal yang gaib dan yang nyata.” (QS, 62:8)
“Kami telah menentukan kematian kepada kamu dan Kami tidak dapat dikalahkan.” (QS, 56:60)
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh, […].” (QS, 21:35)

Pascakematian, manusia tidak akan habis masanya begitu saja. Namun, ia akan melalui kehidupan yang lain, yaitu di alam barzah dan alam akhirat, seperti yang diungkapkan dua larik terakhir yang berbunyi / Takutlah pada kehidupan setelah kematian / Renungkanlah itu /. Kata renungkanlah itu menyiratkan agar umat Islam tidak lagi berleha-leha dan terlena di dunia serta mulai bersiaga menabung amalan sebagai teman dan sahabat pascakehidupan di dunia.

2.2 Ketika Tangan dan Kaki Bicara (Chrisye)
Lirik yang berjudul Ketika Tangan dan Kaki Bicara merupakan buah karya Taufik Ismail yang dinyanyikan oleh alm. Chrisye. Lirik ini ditulis berdasarkan isi ayat suci Al-Quran, yaitu QS Yaasiin ayat 65 berikut.
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS, 36:65)

Lirik ini menggambarkan kondisi manusia pada kehidupan pascakematian, terutama ketika mereka menghadapi hisab di pengadilan yang mahaadil itu. Pada saat itu, lidah dan mulut seolah terkunci rapat dan tidak mampu mengelak menangkis kesaksian anggota tubuh lain, tangan dan kaki, atas perbuatan selama di dunia. Hal itu terungkap di dalam kutipan berikut.
Akan datang hari Mulut dikunci Kata tak ada lgi Akan tiba masa Tak ada suara Dari mulut kita Berkata tangan kita Tentang apa yang dilakukannya Berkata kaki kita Kemana saja dia melangkahnya Tidak tahu kita Bila harinya Tanggung jawab, tiba...
Bait keempat merupakan petikan doa agar terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita pada akhirat nanti.
Rabbana Tangan kami Kaki kami Mulut kami Mata hati kami Luruskanlah Kukuhkanlah Di jalan cahaya Sempurna Mohon karunia Kepada kami HambaMu Yang hina

Hidayat (2005:161—162) mengatakan bahwa hidup di dunia ibarat rekreasi dan shopping. Dalam perjalanan kita dianjurkan untuk membeli barang-barang yang berguna, bukan sembarang barang yang hanya akan mempersulit jalan pulang kita. Hidup juga ibarat sebuah lemari pakaian yang kita isi dengan pakaian dan perhiasan yang indah dan layak pakai. Sementara itu, pakaian yang sudah usang dan tak layak pakai kita buang saja. Dengan demikian lemari kita akan selalu terlihat rapih dan bersih. Bahkan, Rasulullah pernah bersabda bahwa kehidupan ini ibarat masa tanam yang hasil panennya baru akan kita nikmati kelak pada kehidupan pascakematian.
Segala aktivitas kita akan terekam kuat di dalam sebuah disket berupa ruh. Rekaman data itulah yang kelak akan diolah di pengadilan akhirat nanti. Disket itu pula yang akan menjadi sahabat atau, sebaliknya, menjadi bumerang bagi pemiliknya. Semua bergantung pada amal perbuatan pemiliknya selama hidup di dunia.
Wahai kematian, selamat datang! Selamat menjemput kami dan kami akan menerima kedatanganmu dengan lapang dada. Jangan butakan mata dan hati kami terhadap kilaunya perhiasan dunia dan melupakan pembelian perhiasan akhirat. Wanita cantik, lelaki gagah, anak-anak yang lucu, dan harta yang melimpah bukan merupakan malaikat pelindung bagi pemiliknya di akhirat. Sahabat dan pelindung manusia di alam akhirat hanyalah amal perbuatannya.

3. Simpulan
Dunia dan kehidupan di dalamnya laksana kilauan perhiasan yang mampu menjerat manusia untuk merebutnya. Dunia dan perhiasannya itu laksana semilir harumnya hidangan kelas atas yang mendorong manusia untuk selalu lapar lahir dan batin untuk mencicipinya. Kehidupan di dunia tidak ubahnya seperi rekreasi ke tempat wisata. Kita selalu terdorong untuk memborong oleh-oleh yang ada di tempat itu. Kehidupan itu laksana sebuah almari yang penuh dengan jejalan pakaian dan aksesoris.
Namun, tempat rekreasi itu bukanlah tempat tinggal yang abadi. Tempat itu hanyalah persinggahan untuk melepas lelah. Lemari bukan tempat baju dan aksesori yang permanent. Baju dan perhiasan yang sudah tidak layak pakai tentu harus dikeluarkan dari tempat itu. Kehidupan di dunia bukanlah surga abadi, tetapi ada yang kehidupan lain yang lebih abadi, yaitu kehidupan pascakematian.
Kehidupan pascakematian memerlukan bekal yang sangat banyak dan akurat agar kita tidak tersesat di sana. Sedini mungkin kita harus bersosialisasi dengan sahabat yang akan mengangkat kita ke tempat yang mulia, yaitu amal perbuatan.
Sebagai sarana dakwah yang santun dan tidak menggurui, lagu religius dapat dijadikan sebagai acuan untuk bertakwa. Tiga lagu berikut berisi ajakan untuk merenungkan apa yang akan kita persiapkan dan kita perbuat dalam menyambut datangnya kematian (Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick) dan Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo)) dan kehidupan pascakematian (Ketika Tangan dan Kaki Bicara (Chrisye)). Lirik tersebut biasanya ditulis berdasarkan petikan ayat suci atau sabda Nabi Muhammad saw yang relevan.

4. Daftar Pustaka
Baiquni, N.A. 1996. Indeks Al-Qur’an: Cara Mencari Ayat Al-Qur’an. Surabaya: Arkola.
Depag RI. 2000. Al-‘Aliyy: Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Penerbit Diponegoro.
Gazalba, Sidi. 1984. Maut Batas Kebudayaan dan Agama. Jakarta: PT Tintamas Indonesia.
Hidayat, Komaruddin. 2005. Psikologi Kematian: Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. Bandung: Penerbit Hikmah.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


5. Pustaka Sumber
Bimbo. “Hidup dan Pesan Nabi” dalam album Shalawat. Jakarta: PT. Musica Studio.
Chrisye. “Ketika Tangan dan Kaki Bicara” dalam album Kala Cinta Menggoda. Jakarta: PT. Musica Studio.
Opick. “Bila Waktu Tlah Memanggil” dalam album Opick Istighfar. Jakarta: PT. Musica Studio.

6. Lampiran
Bila Waktu Tlah Memanggil (Opick)

Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara
Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
Meninggalkan dirimu

Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari
Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali
Mengulang ke masa lalu

Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan
Kembali pada-Nya

Bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
Bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi

Hidup dan Pesan Nabi (Bimbo)
Lirik: Miftah Faridl

Hidup bagaikan garis lurus
Tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola yang
Tiada ujung dan tiada pangkal

Hidup ini melangkah terus
Semakin mendekat ke titik terakhir
Setiap langkah hilangkan jatah
Menikmati hidup nikmati dunia

Reff:
Pesan Nabi tentang mati
Janganlah takut mati
Karena pasti terjadi
Setiap insan pasti mati
Hanya soal waktu

Pesan Nabi tentang mati
Janganlah minta mati datang kepadamu
Dan janganlah kau berbuat
Menyebabkan mati

Tiga rahasia Illahi
Yang berkaitan dengan hidup manusia
Kesatu tentang kelahiran,
kedua pernikahan, ketiga kematian

Penuhi hidup dengan cinta
ingatkan diri saat untuk berpisah
tegakkan shalat 5 waktu
dan ingatkan diri saat dishalatkan

Reff:
Pesan Nabi tentang mati
Janganlah takut mati
Karena pasti terjadi
Setiap insan pasti mati
Hanya soal waktu

Pesan Nabi jangan takut mati
Meski kau sembunyi dia menghampiri
Takutlah pada kehidupan setelah kematian
Renungkanlah itu

Ketika Tangan dan Kaki Bicara (Bimbo)
Lirik: Taufik Ismail


Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba...
Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya
Sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu Yang hina

Tidak ada komentar: